Wisuda IIQ XIII: Isyarat Sains Al-Qur’an Ibarat Pertanyaan Ilmiah
Jakarta, Pelita — ISYARAT-isyarat sains dalam Al-Qur’an pada dasarnya adalah ibarat pertanyaan-pertanyaan “ilmiah” yang diajukan Allah agar manusia menggunakan akalnya untuk menjelajah rahasia jagad raya yang penciptaannya memakan waktu begitu panjang dari sudut hitungan kita; berbilang bermiliar tahun dan memiliki luas yang tak terjangkau dengan pikiran kita.
Peneliti Senior Pusat Penelitian Geotenologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Ir Hery Harjono mengatakan ketika memberikan orasi ilmiah pada wisuda Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta di Gedung Pusdiklat Kemdiknas, Parung, Sabtu (16/7).
Menurut Hery, penciptaan jagad raya menurut sudut pandang kita memakan waktu bermiliar tahun. Proses yang begitu panjang, kompleks dan rumit, namun sangat teratur dan seimbang. “Oleh karena itu, manusia tidak seharusnya bertindak semena-mena tanpa ukuran.”
Dia mengajak untuk merenungkan apa yang dikemukakan Guiderdoni, seorang astrofisikawan muslim terkemuka berkebangsaan Prancis. “Ia mengatakan bahwa kita tidak dapat muncul dalam jagat raya yang usia dan ukurannya berbeda dengan jagad raya dimana kita berdiam ini. Diperlukan ukuran semesta dan usia semesta seperti sekarang ini agar kita bisa muncul di bumi. Subhanallah. Allah tentu tidak main-main dengan sekedar menciptakan alam semesta dan kemudian meletakkan di bumi makhluk yang namanya manusia.”
Hery menjelaskan, Allah membekali kita dengan “daya nalar” seperti digambarkan dalam Surah Ali Imron ayat: 190-191, bukan semata-mata untuk mengagumi keindahan, ketertataan dan ketertalaan jagadraya dan segala isinya, tetapi semata-mata untuk merasakan KehadiranNya disertai rasa tunduk dan patuh kepadaNYA. Dan, aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu (adz-Dzariyat, ayat :56).
Sementara itu, Rektor IIQ Jakarta Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, MA mengatakan, IIQ diharapkan menjadi lembaga terdepan (center of excelence) dalam upaya menjaga disiplin ilmu-ilmu Al-Qur’an dan menjadi pusat pencetak hafidzul Qur’an yang cerdas dan berakhlak, “Sejak awal berdiri hingga sekarang, IIQ terus berusaha menelurkan duta-duta agama yang berpengetahuan Islam mumpuni serta hafal Al-Qur’an, khususnya dari kalangan perempuan,” jelas pakar Ilmu Tafsir dan Ilmu Qiraat ini.
KH Ahsin memaparkan, banyak kader ulama yang paham agama. Namun, tidak semuanya merupakan seorang hafidz. Untuk itu, IIQ hadir demi mencetak ulama yang mengerti ilmu-ilmu agama, juga hafal Al-Qur’an. “Selain hafal Al-Qur’an, para mahasiswa juga dibekali dengan ilmu nagham (tilawah), ilmu qiraat sab’ah, tafsir, hadits, khat, dan lain sebagainya.”
Ketua Umum Yayasan Hj Harwinie Joesoef dalam sambutan tertulisnya menyatakan, Intitut Ilmu Al-Qur’an adalah lembaga yang menjadikan Al-Qur’an dan perempuan sebagai iconnya. “Spirit Al-Qur’an mengajarkan bahwa kita harus lebih baik daripada hari kemarin, dan menjadikan masa lalu sebagai acuan untuk berusaha lebih sukses di masa mendatang. Sementara perempuan, saat berperan sebagai ibu mempunyai peran strategis dalam menentukan suksesnya pendidikan anak.”
Menurutnya, sejak awal berdiri, atas prakarsa pendirinya IIQ memang didirikan khusus untuk mencetak kader-kader dari kalangan perempuan. KH Ibrahim Hosen (Alm) sang pemrakarsa, sebelumnya telah mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) di daerah Lebak Bulus, yang khusus untuk laki-laki.
Guburnur DKI Jakarta Fauzi Bowo dalam sambutan yang dibacakan Mara Oloan mengatakan, sebagai Ketua Dewan Penyantun, Gubernur DKI Jakarta merasa bangga dengan amanah ini. “Pertama, karena IIQ bergerak dalam bidang Al-Qur’an. Kedua, karena IIQ mempunyai kekhususan tersendiri yang tidak dimiliki kampus-kampus lainnya. Seperti tahfidz, qiraat sab’ah, tilawah, khat, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Dia menyatakan bahwa kehadiran sarjana-sarjana di bidang Al-Qur’an selalu ditunggu masyarakat. “Ini terbukti dengan tersebarnya alumni IIQ di berbagai lembaga pendidikan maupun pengajaran agama dan Al-Qur’an serta bidang-bidang lainnya,” ungkapnya. “Kami berharap IIQ bisa terus konsisten dengan visi dan misi yang diembannya.”
Ketua Panitia Nur Izzah Anshor mengatakan, wisuda yang ke-13 untuk program sarjana (S1) dan ke-6 untuk program pascasarjana kali ini, diikuti oleh 163 mahasiswa. Rinciannya, lulusan dari fakultas Syariah (23 orang), fakultas Ushuluddin (25 orang), Tarbiyah (50 orang), dan Pascasarjana (65 orang). “Alhamdulillah, sampai saat ini Institut Ilmu Al-Qur’an telah mewisuda total 1360 orang. Para alumni sudah tersebar dan berperan di masyarakat sesuai dengan bidang masing-masing,” ujarnya. (dik)
sumber: Harian Pelita, 18/07/2011