Seminar Internasional Al-Qur’an di IIQ Jakarta

JAKARTA – Senin 14/09/2009 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Islam Iran dan Meseum Nasional menyelenggarakan seminar tentang Kajian Al-Qur’an di Indonesia. Hadir dalam acara ini Duta Besar Iran untuk Indoensia Bahrooz Kamalvandi dan para pimpinan IIQ Jakarta.

Seminar yang bertempat di Aula IIQ tersebut dihadiri ratusan peserta, yang sesak memenuhi ruangan. Mula-mula acara dimeriahkan oleh para qari dan qariah nasional dan internasional. Juga para seniman Al-Qur’an yang mendendangkan syair-syair pujian keruhanian Islam. Setelah itu baru keudian acara inti seminar dimulai. Hadir selaku narasumber DR. KH Ahsin Sakho Muhammad (rektor IIQ) dan DR. Majid Mu’arif (Peneliti Iran), dengan moderator DR. Hasanudin (pembantu rektor pascasarjana IIQ).

Dalam presentasinya Majid Mu’arif menyampaikan tema seputar Al-Qur’an sebagai standar akhlak (etika) bagi manusia, khususnya umat Islam. Menurutnya manusia moderen sekarang ini sedang mengalami krisi akhlak. Rasulullah saw sendiri adalah teladan mulia bagi umat Islam. Akhlak Rasul saw sendiri bersumber dari Al-Qur’an, sehingga kemuliaannya tetap terjaga.

Pertanyannya kemudian adalah –lanjutnya- pertama, apakah yang dapat menjadi baromater bagi akhlak mulia? Kedua, apakah akhlak mulia itu sesuatu yang universal atau bisa berubah-ubah berdasarkan tuntutan zaman?

Menjawab dua pertanyaan di atas, Majid Mu’arif menyatakan bahwa baromater bagi Akhlaq, karena dalam Al-Qur’an terdapat prinsip-prinsip dasar Aklak Mulia. Seperti prinsip untuk selalu berbuat adil. Ini terdapat dalam beberapa ayat, di antaranya ayat yang menyatakan Innallah ya’murukum bi al-‘adli wa al-ihsân. Dan masih banyak ayat lain yang menyeru pada prinsip keadilan. Mu’arif juga menyatakan bahwa Aklak Mulia adalah sesuatu yang universal dan tidak berubah-ubah berdasarkan tuntutan zaman. Prinsip-prinsip Akhlak Mulia, seperti keadilan, kejujuran dan lainnya berlaku sepanjang zaman dan tidak akan berubah-ubah.

Sementara itu Ahsin Sakho Muhammad, sebagai pembicara kedua, menyampaikan tema Kajian Al-Qur’an di Indonesia. Menurutnya Al-Qur’an telah lama sekali dikaji di Indonesia. Berdasarkan kajian sejarah dan arkeologi, mushaf pertama di Indonesia ditemukan sejak abad 16 M. Pada abad ke 17 M sejarah mencatat adanya tafsir hasil kajian Syeikh Abdul Rauf Singkel. Dalam bidang tilawah dan lagu-lagu Al-Qur’an, orang Indonesia banyak belajar pada lagu-lagu (nagham) dan tilawah dari orang-orang Iran. (AM)