Rektor: Ahlussunnah Sebagai Ajaran dan Produk Sejarah Harus Dibedakan
JAKARTA – Kamis (19/2), Rektor IIQ Jakarta bertolak ke Malaysia. Keberangkatan Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad ke Malaysia adalah untuk memberikan materi pada acara Seminar Tajdid Pemikiran Islam yang diselenggarakan oleh Yayasan Dakwah Malaysia Indonesia (YADMI) dan Yayasan Dakwah Indonesia Malaysia (YADIM) bekerjasama dengan Kementrian Pelajaran Malaysia dan Kementrian Tinggi.
Seminar yang diselenggarakan dalam rangka Bulan Dakwah Peringkat Kebangsaan dan Negari Malaysia ini mengangkat tajuk “Pengekalan Alam Melayu Sebagai Rantai Ahlussunnah Wal Jama’ah.” Dijadualkan, acara akan digelar di hotel Pan Pacific, KLIA, Malaysia, dari hari Kamis (19//2) hingga Sabtu (21/2).
Rencananya, Rektor akan menyampaikan makalah dengan judul “Refleksi Pembaharuan Dalam Pemikiran Ahlussunnah wal Jama’ah.” Bagi Ahsin, pembahasan tentang Ahlussunnah wal Jama’ah akan selalu menarik karena terkait dengan dinamika internal kaum muslimin terhadap isu-isu global yang tengah melanda dunia saat ini.
“Jika pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan bagian yang cukup besar dari penduduk dunia, maka sikap mereka terhadap isu-isu sentral yang melanda dunia saat ini sangat ditunggu oleh banyak pihak, baik dari kalangan Islam itu sendiri, maupun barat,” tegasnya.
Lebih jauh, Ahsin menegaskan tentang pentingnya membedakan antara Ahlussunnah sebagai ajaran dan Ahlussunnah sebagai pengalaman sejarah. Urgensi pemahaman seperti ini berbanding lurus dengan pentingnya pemahaman antara Islam sebagai ajaran dan Islam sebagai sejarah.
“Kenapa penting, sebab Islam sebagai ajaran meniscayakan sebuah orisinalitas dan otentisitas risalah, sementara Islam sejarah tak lepas dari intervensi manusia,” tutur pakar Tafsir dan ilmu Qira’at al-Qur’an ini. [MU]