LPMQ GANDENG IIQ SEMARAKKAN ILMU QIRAAT DI INDONESIA DENGAN SEMINAR INTERNASIONAL
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) bekerja sama dengan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) menyelenggarakan Seminar Internasional Al-Qur’an dengan tajuk, “Ragam Bacaan Al-Qur’an dan Penerapannya di Era Modern”.
Menurut Abdul Aziz Sidqi, kegiatan ini adalah bagian dari upaya LPMQ memasyarakatkan ragam bacaan (qiraat) Al-Qur’an di Indonesia. Mengingat, selama ini, mayoritas umat Islam hanya mengenal bacaan Al-Qur’an riwayat Hafs ‘an ‘Ashim. Padahal, Islam memiliki khazanah ragam bacaan Al-Qur’an mutawatirah yang perlu dipelajari dan dilestarikan yang disebut al-qiraat al-sab’ah, bahkan al-qiraat al-‘asyrah.
“Seminar ini adalah bagian dari upaya LPMQ mengenalkan ragam qiraat Al-Qur’an kepada masyarakat Indonesia. Mengingat, sejak tahun tahun 2019 LPMQ telah mengkaji dan menyusun mushaf Al-Qur’an dengan ragam Qiraat dan telah menerbitkan dua mushaf yaitu mushaf riwayat Qalun dan riwayat Syu’bah. Tahun ini dilanjutkan dengan penyusunan riwayat Warsy,” kata Koordinator Bidang Pengkajian Al-Qur’an dalam sambutannya di hadapan Rektor IIQ, narasumber, dan peserta seminar yang hadir secara online dan offline hari Senin, (21/11) di Tangerang Selatan.
Di Indonesia, kajian ilmu qira’at sudah cukup berkembang, khususnya di pondok pesantren atau kampus-kampus yang mengkaji Al-Qur’an dan keilmuannya, seperti kampus IIQ, yang memiliki dan telah melahirkan banyak pakar qiraat Al-Qur’an. Oleh sebab itu, menurut Aziz sangat tepat bila LPMQ menggandeng IIQ mengenalkan ragam bacaan Al-Qur’an secara lebih luas kepada masyarakat Indonesia.
“Kampus ini memiliki banyak pakar ilmu qiraat dan konsisten mengajarkan ilmu qiraat. Maka sudah tepat bila LPMQ bekerja sama dengan IIQ untuk memasyarakatkan raqam qiraat Al-Qur’an,” ungkap Aziz melanjutkan.
Aziz menambahkan, upaya LPMQ memasyarakatkan ragam qiraat Al-Qur’an sempat mendapatkan ‘sanggahan kecil’ dari salah seorang kiyai dari Jawa Timur. Beliau khawatir, upaya ini akan menimbulkan kebingungan di masyarakat Indonesia, yang menurutnya, belum siap mengenal ragam qiraat karena masih rendahnya wawasan Al-Qur’an.
“Bacaan riwayat Hafs saja belum banyak yang mengenal, apalagi dikenalkan bacaan riwayat lain. Bacaan apa lagi, ini?” ungkap Aziz menyampaikan kisahnya disambut tawa peserta.
Keraguan itu terbantahkan, di mana pada beberapa tahun ini, cukup marak kajian qiraat Al-Qur’an oleh para kiyai secara online; seperti KH. Ahsin Sakho Muhammad, KH. Ahmad Fathoni Muhajir dan lainnya yang diikuti banyak peserta. Artinya masyarakat kita mulai antusias dengan kajian ilmu qiraat.
Sementara itu, dalam sambutannya rektor IIQ, Dr. Nadjmatul Faizah menyampaikan terima kasih kepada LPMQ yang telah menggandeng IIQ bekerja sama menyelenggarakan acara tingkat Internasional ini.
“Kami menyampaikan terima kasih atas kerja sama ini. Kegiatan ini adalah bagian dari tindak lanjut MoU LPMQ dengan IIQ yang sangat baik sekali. Saya berharap mahasiswa IIQ memperoleh tambahan ilmu qiraat yang melimpah dari para pakar ilmu qiraat Internasional,” tandas putri pendiri IIQ, Prof. Ibrahim Hosen, LML.
Kegiatan seminar berlangsung selama dua sesi: sesi pagi dan sesi siang. Narasumber yang hadir antara lain: Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA (Indonesia), Dr. Abdul Karim Gum’an (Mesir), Dr. Abdurrahman Muhammad Ar-Ra’wiy (Sudan), dan Dr. Ulin Nuha dari IIQ selaku moderator.