KH Hasyim Muzadi : Bencana Bergilir, Ada Apa Indonesia?

Korban bencana gempa di Sumatera Barat jangan sampai putus asa dari rahmat Allah. Jangan sampai terjadi hidup tak karuan setelah bencana gempa melanda.

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan hal itu di Pondok Pesantren Darul Iklas II, Pakandangan Kecamatan IV Lingkung Kabupaten Padangpariaman, Ahad (11/10/2009). Demikian dilaporkan Kontributor NU Online Bagindo Armaidi Tanjung di Padang.

Menurut Hasyim, pengalaman dari bencana Aceh, banyak orang berubah pikirannya. Belajar dari pengalaman tersebut, yang tak kalah pentingnya dilakukan pascagempa adalah perawatan batin umat yang terkena bencana.

“Untuk perawatan batin ini, perlu disiapkan mursyid, ustadz dan tenaga pembinaan mental umat. Sehingga masalah baru tidak muncul pascagempa ini,” kata Hasyim didampingi Ketua PWNU Sumbar Prof Dr Maidir Harun.

PBNU sendiri secara bertahap menurunkan bantuan. Pertama, tahap tanggap darurat dan tahap rehabilitasi, kata Hasyim. Dikatakan, sejak 10 tahun terakhir ini bangsa Indonesia sudah dilanda berbagai bencana. Mulai dari bencana ekonomi, bencana moral, bencana retaknya persatuan bangsa, dan yang lebih parah bencana orang yang sembrono saja pada agama.

“Lalu 5 tahun terakhir, juga dirasakan bencana sulit mendapatkan pekerjaan, sulit mendapatkan rezeki. Dan alam pun digerakkan Allah dengan berbagai bencana alam. Indonesia seperti digilir bencana. Aceh, Bengkulu, Madina (Sumut), Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumbar, Ternate, Papua dan sebagainya. Bencana tersebut mulai dari longsor, banjir, gempa bumi, kebakaran, angin puting beliung, dan sebagainya,” kata Hasyim.

Lebih ironis lagi, kata Hasyim, mudik lebaran kemaren, 600 jiwa harus melayang karena kecelakaan lalu lintas. “Saya kadang mikir, ada apa ini. Mereka yang mengaku pintar selalu berpendapat ini adalah gejala alam semata. Tak pernah mereka mau menyambungkan dengan kekuasaan Allah, pemilik alam ini,” kata Hasyim.

Di negara lain juga terjadi berbagai bencana. Namun tidak seperti di Indonesia yang terus digilir. Sepertinya agama tidak lagi diacuhkan umat saat ini. Bayangkan, maksiat saja sudah masuk ke rumah kita melalui tayangan televisi. Sehingga tatkala alam mulai bergerak, muncul berbagai bencana. Angin yang semula menyenangkan, jadi bencana, api yang dibutuhkan manusia, menjadi ganas membakar harta benda. Bahkan ada di Bone bola api dari laut melayang ke angkasa. “Muncul pertanyaan, sebetulnya Indonesia ini ada apa?” kata Hasyim.

Keyakinan tauhid kita, istri, anak, harta benda bukanlah milik kita. Melainkan milik Allah semata. Yang menjadi milik kita hanyalah amal kita sendiri. “Hikmah dari bencana, bagaimana kita memperbaiki hubungan dengan Allah, hubungan dengan manusia dan hubungan dengan alam,” kata Hasyim.

Sekalipun kita tengah menderita, namun tetap memberikan pertolongan kepada teman. Karena dari pertolongan kita itulah, pertolongan Allah akan sampai pula pada kita. Tawasul kita, kita menolong orang lain, sekalipun kita tengah menderita, kata Haysim.

Hasyim juga menyampaikan keajaiban dari bencana Aceh terdahulu. Banyak masjid yang memiliki bangunan lama selamat dari bencana. Masjid tersebut dibangun para ulama. Sebaliknya, banyak juga masjid yang baru dibangun hancur.

“Mungkin kayu yang digunakan masjid yang hancur tersebut dari kayu illegal,” kata Hasyim disambut tawa hadirin.

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Iklas Zubir Tuanku Kuning melaporkan kondisi pesantren pasca gempa. Hadir juga pimpinan Pesantren Jamiatul Mukminin Nagari Sintuak Kecamatan Sintoga Azwar Tuanku Sidi, dan sejumlah pengurus PCNU Padangpariaman. (mad)

 

Sumber: NU Online 12 Oktober 2009