H. Syofyan Effendi Saksi Sejarah IIQ Jakarta.
Terkadang orangselalu berorientasi kepada hasilnya (Output) sekarang. Tanpa melihat prosesnya.Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta kini sudah 42 tahun usianya. Kampusnyamegah berdiri di jalan utama Ciputat, Jl. Ir. H. Juanda berhadapan dengankampus UIN Jakarta. Begitu juga kampus asrama mahasiswinya lengkap denganfasilitas penunjang lainnya, masjid, pondok tempat menghafal Al-Quran, saranaolahraga, suasana asri yang kondusif dan lainnya.
Lembaga tinggi tempat Penghafal Al-Quran ini yang mahasiswinyahanya perempuan. Sekarang peserta kuliahnya sudah cukup banyak, jenjangpendidikan di samping S1, sudah ada S2 dan S3. Sudah banyak produk/Alumni SDMpenghafal Al-Quran dari lembaga ini yang tadinya hanya untuk mempersiapkantenaga latih Al-Quran setiap menjelang event MTQ bagi tiap-tiap provinsi untukpergelaran berprestasi Kalamullah ini.
H. Syofyan Effendi ini sebagai Saksi Sejarah IIQ Jakarta. Kenapademikian. Dialah orang yang mengiring kemana pamannya, Ulama Besar Prof. KH.Ibrahim Hosen pergi, termasuk dalam urusan pendirian dan penyelenggaraanlembaga ini. Jabatan Syofyan Effendi rangkap waktu itu, selain sebagai Sopirperibadi, juga sebagai Ajudan dan Keamanan Pak Prof ini. Harap maklum, SyofyanEffendi di mata pendiri IIQ ini sebagai Ponakan Kesayangannya, lantaran disamping dia punya skill juga sangat setia kepada pamannya ini. Termasuk jugakepada pimpinannya atau atasannya.
Waktu awal berdiri IIQ tahun 1977 mahasiswinya hanya 32 orang.Tempat belajarnya di Gerasi Mobil rumah pak Kiayi (sebutannya pada pamannyaini) di Kampung Utan Ciputat, kata Syofyan sembari mengenang masa lalu.
Kemana-mana saya mendampingi beliau. Lanjutnya.
Pak Kiyai sering ngomong dengan saya. Kamu termasuk penyebab lahirnya IIQ. Maka walaupun bagaimana, IIQ ini jangan kamu tinggalkan, katanyameniru ucapan Prof. KH. Ibrahim Hosen ini.
Ucapan pendiri IIQ ini rupanya selalu menjadi spirit Syofyan untuk tetap berkiprah di lembaga pelestari Firman Allah. Alhamdulillah barokah sanak kita di sini. Rizki ada saja meski tidak mesti dari sini. Untung juga dulu waktu masih muda saya ditawar kerja di Pemda DKI tidak jadi, kata Alumni Fakultas Ekonomi UNAS Jakarta ini dengan penuh keikhlasan.
Di IIQ sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang menggabungkan sistem pendidikan pesantren dan sistem pendidikan tingkat tinggi dengan tujuan untuk menghasilkan ulama/sarjana wanita yang hafal Al-Quran, intelek,berwawasan luas dan ahli di bidang ulumul Quran. Seorang Syofyan tidak pernah menuntut jabatan, bahkan terkadang dia tolak, meskipun umurnya dihabiskan disini yang mengabdi dengan pak Kiyai sejak berumur 18 tahun.
Kita sebagai Pengawal dan menjalani amanah almarhum pak kiyai. Yang penting IIQ ini maju dan bermanfaat bagi ummat, kata putra Bengkulu berdarah Bugis yang senang dengan aksesoris Keperkasaan ini.
Sosok Syofyan yang juga dipanggil Yance 86 ini meskipun dia sering memerankan diri sebagai orang security. Tapi jika ada panggung musik tak mau ketinggalan untuk melantunkan vokalnya dengan lagu dangdut Terajana,Berdarah Lagi dan lainnya. Dia memang pernah aktif di Kelompok Musik Kampus sewaktu kuliah di UNAS pada era tahun 80an. Nah.
Sumber: https://telusur.co.id/2019/05/h-syofyan-effendi-saksi-sejarah-iiq-jakarta/, dimuat pada 25 Mei 2019 pukul 11:11