Dosen IIQ Jakarta Iffaty Zamimah Isi Maulid di Tangsel, Ungkap Awal Mula Pembacaan Barzanji

Fatayat NU Tangerang Selatan mengadakan kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, Sabtu (7/12) di Masjid Istana Yatim KMTC Rawa Mekar Jaya Serpong, Tangsel, Banten.

Rangkaian acara tabligh akbar ini dibuka dengan pembacaan shalawat Nadhliyah serta Barzanji yang diikuti dengan khusyuk oleh 286 jamaah yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan acara tabligh akbar

Acara ini dihadiri pula oleh ketua PW Fatayat NU Banten, Anis Sholihah, yang baru saja terpilih pada Konferensi Wilayah Banten bulan Oktober lalu. Ia mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan ini dan mengajak para jamaah untuk bershalawat bersama.

“Tabligh akbar ini merupakan kerja sama antara PAC Fatayat NU Serpong dengan Divisi Bidang Dakwah PC Fatayat NU Tangsel. Tabligh akbar ini juga merupakan acara puncak pelaksanaan maulid Nabi Muhammad Saw yang mana selama sebulan sebelumnya membaca Rawi dan Barzanji pada pengajian rutin setiap hari Sabtu,” ujar Zuliati Rosyidah, Ketua PAC Fatayat NU Serpong.

Nurul Mudrika, Ketua PC Fatayat NU Tangsel dalam sambutannya menjelaskan struktur kepengurusan Fatayat NU dari mulai pucuk pimpinan hingga pimpinan anak cabang dan mengajak jamaah untuk mau ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan Fatayat NU. Ia juga menyampaikan bahwa antusiasme Maulid Nabi itu semoga mendapatkan syafaat, inayah, dan berkahnya dari Nabi kita.

“Terlebih setelah ini kita bisa meneladani sifat kepemimpinan Nabi Muhammad, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah dalam menjalankan kepengurusan Fatayat NU, khususnya kota Tangerang Selatan. Semoga kita bisa menjalani kepengurusan ini hingga husnul khatimah,” harapnya.

Mauidzoh hasanah disampaikan oleh Iffati Zamimah, selaku dosen IIQ Jakarta sekaligus Koordinator Divisi Dakwah PC Fatayat NU Tangsel. Diawali dengan menjelaskan tentang sejarah dan silsilah Nabi Muhammad Saw.

Dilihat dari sejarahnya, pembacaan Barzanji berawal pada masa Panglima Perang Salahuddin Al Ayyubi. Pada saat perang Salib berlangsung, para prajurit merasa tidak bersemangat maka Syech Al Barzanji memberikan ide agar para prajurit Perang Salib tersebut kembali bersemangat dengan meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah Saw, yaitu dengan bershalawat dan membaca Sirah Nabi.

Al-ikhlasu ruhul ibadah’; keihklasan itu ruhnya ibadah. Jika kita tidak ikhlas dalam menjalankan ibadah maka amal ibadah tersebut tidak ada ruhnya.

Ketika Rasul akan wafat, beliau mengumpulkan para sahabat dan bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang merasa tersakiti olehku?’ Semua sahabat menangis kecuali salah seorang sahabat yang berdiri dan mengaku bahwa ketika Perang Uhud cambuk Rasulullah mengenai badannya. Rasul menjawab, ‘Baiklah. Silahkan ambil cambuk dan pukullah saya,’ Namun sahabat tersebut terlihat tidak puas. ‘Ya Rasulullah, saat itu saya tidak memakai baju, maka lepaskanlah bajumu,” ujar Ny Iffati.

Ia meneruskan, Abu Bakar tampak geram mendengar perkataan sahabat tersebut dan menahan sahabat tersebut untuk memukulkan cambuknya kepada Rasulullah. Tapi Rasul melarang Abu Bakar dan mempersilakan sahabat tersebut untuk mencambuknya serta membuka bajunya. Sahabat tersebut melangkah maju menghadapi Rasulullah dengan membawa cambuk.

“Tapi bukannya memukul, sahabat tersebut malah melemparkan cambuknya lalu memeluk tubuh Rasulullah seraya menangis sesenggukan. Ia pun meminta maaf kepada Rasulullah, “Sesungguhnya saya melakukan ini hanya agar bisa menyentuh kulitmu, Ya Rasulullah,” kisahnya.

Menurut Ny Iffati, dari cerita tersebut dapat diambil hikmah bahwa bukan hanya ibadah kepada Allah yang harus dilakukan tapi hubungan sosial pun harus tetap dijaga, dimana hal tersebut merupakan hal yang akan dihisab pada yaumul akhir nanti.

Rangkaian acara tabligh akbar tersebut ditutup dengan pembacaan Shalawat Rohatil dan pembagian doorprize.

Telah di muat di https://www.nu.or.id/post/read/114334/maulid-di-tangsel-ungkap-awal-mula-pembacaan-barzanji, pada 09 Desember 2019