Nadirsyah Hosen: Puasa Itu Ibadah Diam, Tidak Bisa Banyak-banyakan Seperti Bayar Zakat

Bulan Ramadhan, bulan puasa yang penuh kemuliaan dimana segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya dan pintu ampunan dibuka seluas-luasnya.

Baiknya isi Ramadhan dengan ibadah yang berkualitas dan meminta ampun dengan penuh kerendahan.

Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, menyebut, Ramadhan ibarat madrasah. Bulan puasa adalah madrasah ruhaniah untuk mendidik kualitas jiwa agar memiliki kepekaan akan jati diri seorang manusia yang sama-sama lemah, rendah dan setara ketika di masa kelaparan.

Dijelaskan, berbeda dengan ibadah lain yang dituntut untuk bergerak. Di ibadah puasa manusia dididik untuk diam dan pasif. Karena dalam diam dan senyaplah kita bisa menghampiri Tuhan.

Tuhan tidak bisa dihampiri dengan keramaian laksana pasar. Tuhan menghampiri kita dalam hening dan sunyi.

“Puasa itu ibadah yang pasif, diam dan sunyi. Tidak bisa pamer ‘paling puasa’. Tidak bisa panjang-panjangan seperti saat shalat atau bagus-bagusan seperti saat baca ayat, atau banyak-banyakan seperti saat bayar zakat. Hakikat puasa antara kita dan Tuhan semata. Itu sebabnya ‘Puasa itu untuk-Ku’,” tutur Gus Nadir, sapaan akrabnya dilansir dari laman Instagramnya, Kamis (15/4/2021).

Ia mengatakan dalam puasa dan keheningan itu semua terlihat sama. Yang menilai kualitas puasa benar-benar Allah semata. Maka, jadikanlah puasa sebagai cara untuk merasa sama dengan yang lain, bukan merasa lebih baik dari yang lain.

“Ibadah adalah tanda bakti, syukur, dan cinta kita kepada Allah. Karena itu ibadah adalah hubungan paling intim dengan Tuhan. Semakin erat dan mesra hubungan intim kita dengan Tuhan maka semakin sunyi jalan ruhani yang kita tempuh,” paparnya.

Ia menconthkan, sebagaimana para pecinta yang sedang dimabuk arak cinta, hubungan cinta dengan Tuhan begitu indah hingga tak ingin dilihat yang lain. Hanya ada Engkau dan saya.

“Karena itu, bila ibadah kita masih suka dipertontonkan maka kita belum mencapai hubungan yang mesra dengan Tuhan. Bisa jadi ibadah kita masuk dalam perangkap setan yang ditiupkan dalam dada kita sikap ujub,” tegasnya.

Terakhir ia berpesan, sudah seyogyanya di bulan puasa yang hening dan syahdu ini, meningkatkan kualitas cinta pada Tuhan dengan menjadikan ibadah sebagai tuntutanan dan cinta, bukan menjadi tontonan.

Telah Tayang di https://fajar.co.id/2021/04/15/puasa-itu-ibadah-diam-tidak-bisa-banyak-banyakan-seperti-bayar-zakat/2/