Seminar tentang Hitam Putih Syiah di Indonesia

JAKARTA Ahad, 01/11/15, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (BEMFU) bekerjasamadengan Lembaga Bahasa (LB) IIQ menyelenggarakan Seminar Nasional tentang œHitamPutih Syiah di Indonesia. Hadir sebagai narasumber, dosen dan peneliti UNIDA (Universitas Islam Darussalam)Gontor, Dr. Khalid Muslih MA, Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat danWakil Ketua Lajnah Bahtsul Masail PBNU Dr. Moqsith Ghazali MA, ahli hadits IIQ Dr.Ahmad Fudhaili MA. Sementara itu, moderator seminar, Ali Mursyid, M.Ag

Meskihari libur, acara yang berlangsung di Aula Kampus IIQ ini, diikuti banyakpeserta, mahasiswa dan civitas akademika IIQ, UIN Jakarta, PTIQ, PSQ dan lainnya,termasuk juga masyarakat umum yang tertarik untuk ikut hadir. Prof. Dr. Hj.Huzaemah T. Yanggo MA selaku rektor dan Dra. Hj. Maria Ulfah MA selaku Dekan FakultasUshuluddin, Ust. Abdul Rasyid MA ketua Lembaga Bahasa juga hadir, mengikutidari awal hingga akhir.

BEMFUdan Panitia, yang diwakili oleh Iis Astuti dan Fazzat Azizah dalam sambutannya,menyatakan berterimakasih pada para pihak dan para hadirin atas terlaksananyaseminar ini. Dekan Ushuluddin dalam kata sambutannya, mengatakan; œSeminar inidiselenggarakan dengan tujuan membekali para mahasiswa agar tidak mudah terseretpaham-paham keislaman yang di luar ahlussunnah wal jamaah, seperti yangmarak sekarang digembar-gemborkan, yaitu Syiah. Dahulu, pendiri IIQ Jakarta,memang sangat ahli dalam bidang perbandingan madzhab fiqih. Beliau sangat mahirdan menguasai pandangan-pandangan para ulama fiqih yang berbeda-beda. Tetapi dalamhal ˜aqidah, beliau tegas.

Sementaraitu dalam pemaparannya, Dr. Khalid Muslih MA banyak menyampaikan sejarah,asal-usul penyimpangan Syiah dan tokoh-tokohnya. Mulai dari Syiah yang munculsebagai gerakan politik sampai kemudian Syiah yang muncul sebagai gerakankeagamaan. Dosen dan peneliti alumni S1, S2 dan S3 Universitas al-Azhar inidengan fasih menjelaskan hasil tesis dan disertasinya tentang Syiah.

Denganrinci dan detail, Dr. Khalid menjelaskan tentang sebab awal penyimpangan ˜aqidahSyiah. Perbedaan rukun iman mereka dengan Ahlussunnah wal Jamaah, keyakinanSyiah tentang kemashuman para imam Syiah. Juga tentang imam Syiah yang ke-12yang dipercaya oleh Syiah sebagai yang hilang dan akan muncul di akhir zamansebagai Imam Mahdi. Khalid juga menjelaskan tentang Mushaf al-Quran ala Syiah,yang berpegang pada Mushaf Imam Ali, tetapi karena mushaf Imam Ali dipercayahilang dibawa imam yang kedua belas yang hilang itu, maka untuk sementara orangSyiah menggunakan mushaf al-Quran yang digunakan oleh Ahlussunnah wal Jamaah.Dijelaskan juga tentang doktrin Syiah tentang hadits dan ajaran Islam, yangtidak mempercayai hadits-hadits yang digunakan Ahlussunnah wal Jamaah, tidakmempercayai hadits-hadits yang berasal dari sahabat-sahabat, seperti AbuHurairah dan Aisyah, mereka hanya percaya pada hadits-hadits yang diriwayatkandan dibenarkan oleh imam-imam mereka.

Diakhir presentasinya, dosen dan peneliti Gontor ini menyampaikan tentanginfiltrasi Syiah di Indonesia. Ia memaparkan tentang beberapa penerbitan Syiahdan beberapa tokoh Syiah di Indonesia.

Ketikaditanya apakah Syiah itu kafir atau tidak, doktor alumni al-Azhar inimenyatakan, Universitas al-Azhar secara kelembagaan resminya belum pernahmengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu kafir. Al-Azhar hanya menyatakan bahwa Syiahitu menyimpang. Sementara Syiah Tajul Muluk yang ada di Jawa Timur,menurutnya, bahwa benar Keputusan MUI Jawa Timur dan Keputusan MahkamahKonstitusi yang menyatakan bahwa Syiah Tajul Muluk di Jawa Timur, sudahmenyimpang dari Islam.

Sejalandengan narasumber pertama, Dr. Moqsith Ghazali, memulai penjelasannya denganmengutip hadits yang menyatakan bahwa umat Nabi Muhamamd akan terpecah-pecahmenjadi 73 golongan, dan hanya satu yang selamat, yaitu yang mengiktuti Nabidan para sahabatnya (Ahlussunnah wal Jamaah). Moqsith yang notabene PengurusLajnah Bahtsul Masail PBNU tidak lupa mengutip pandangan pendiri NU, KH.Hasyim Asyari

 

Diantara orang-orang Syiah itu ada yang suka mencaci-maki sayyidina Abu Bakardan Umar, membenci para sahabat Nabi dan terlalu mengagungkan Ali dankeluarganya. Rasulullah saw bersabda: œJangan pernah mencaci maki parasahabatku, karena akan datang suatu kaum di akhir zaman, mereka mencaci makisahabat-sahabatku. Janganlah shalat bersama mereka, dan jangan shalati mereka,janganlah menikahi mereka, jangan duduk-duduk bersama mereka, jika mereka sakitjangan menengoknya. Rasul saw mengumumkan bahwa caci mereka padasahabat-sahabat sesungguhnya mencacai maki Nabi, dan mencaci maki Nabi sawhukumnya haram. Rasul saw bersabda: œJanganlah kalian sakiti aku denganmenyakiti sahabat-sahabatku, barang siapa menyakiti mereka, berarti menyakitiku.Nabi juga bersabda: œJangan pernah menyakitiku dengan menyakiti ˜Aiysah: (SyeikhHasyim Asyari, Rislah Ahlussunnah wal Jamah, h. 10-11)

MengenaiSyiah di Indonesia, Moqsith, dosen UIN Jakarta yang juga pengajar di S2 STAINUdan S2 PTIQ ini menjelaskan bahwa Syiah Indonesia masih menjadi followersdari  Syiah Timur Tengah. Tak ada orangSyiah Indonesia yang menjadi marja`-rujukan, pemimpin spiritual.  Karena itu, hitam-putihnya Syiah di Indonesia sangat tergantung pada hitamputihnya  Syiah di Timur Tengah.Menurutnya, Resistensi yang terus membesar dari umat Islam Indonesia terhadapSyiah karena Syiah yg berkembang belakangan œgagal bersinergi dg yang lain,dan kandas dan berdialektika dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Di akhirpresentasinya, pengurus Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat ini berpesan kepadapara ulama Indonesia mengantisipasi agar bara konflik Sunni-Syiah di TimurTengah tak menjalar ke Indonesia.

Sementaraitu, Dr. Ahmad Fudhaili, selaku narasumber ketiga, dengan sangat apikmenjelaskan bahaya Syiah, Orientalis dan Wahabi di Indonesia. Menurutnya,kalau tentang Syiah itu jelas sudah dijelaskan narasumber pertama dan kedua.Ia hanya ingin menegaskan bahwa ada kelompok lain yang bukan Syiah, tetapi nilaibahayanya juga sama saja. Pertama, oreintalis, yang menjiplak cara berfikir Syiahyang membenci sahabat, membenci Abu Hurairah, membenci Aisah, meragukankeadilan para sahabat Nabi (˜adalatu al-shhabah), untuk dijadikanmetodologi kritik terhadap ulumul hadits, kritik terhadap sahabat danlain-lainnya. Ia mewanti-wanti, bahwa Syiah mungkin tidak bisa mempengaruhiSunni secara langsung, tetapi ketika para orientalis seperti John Boyle danJoseph Schaacht merumuskan teori kritisnya terhadap Ulumul Hadits dan Sanadserta terhadap para sahabat, maka tentu model teroi dan berfikir seperti inibisa membahayakan. Bahaya lainnya yang harus diwaspadai adalah gerakan gariskeras kaum Wahabi. Ketika ada seorang peserta bertanya, apa bahayanya Wahabi,Ust. Fudhaili, dengan berseloroh menjawab, bahwa tidak ada yang salah denganWahabi, jika hanya ada di Saudi Arabiah, jadi masalah kalau menyebarkan pahamkerasnya itu di Indonesia,

Setelahpemaparan tiga narasumber, tidak ketinggalan pula, rektor IIQ, Prof. Dr.Huzaemah T Yanggo MA memberi tanggapan dan komentarnya. Mula-mula rektor yangjuga Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat menyampaikan terimakasihnya kepada paranarasumber, yang telah memaparkan mengenai Syiiah, sehingga bisa membentengipara mahasiswa dan khalayak umum, agar tidak mudah terseret menjadi Syiah danmenjadi paham-paham lainnya yang tidak sesuai dengan jumhur ulama dan jumhurmuslimin. Beliau juga menyarankan sebaiknya ada penelitian yang komprehensifmengenai Syiah di Indonesia, agar menjadi jelas Syiah jenis apa yang ada diIndonesia ini. Karena menurutnya, Syiah itu ada Syiah Zaidiyah, yang miripdengan Sunni, karena sama-sama tidak mengakui imamah (imam-imam Syiah yangdianggap mashum), dan ada juga Syiah Imamiyah yang berbeda bahkanbertentangan dengan Sunni, karena ia mengimani imamah.

Kemudian,acara dilanjutkan dengan sessi diskusi. Beberapa peserta melontarkanpertanyaan, yang langsung dijawab oleh para narasumber. Acara diksuis nampak serudan gayeng, acara yang mulai pkl. 09.30 pun baru selesai pkl. 12.30 WIB. [AM]