Program Pascasarjana IIQ Jakarta melaksanakan kegiatan pelatihan penulisan jurnalistik
Program Pascasarjana IIQ Jakarta melaksanakan kegiatan pelatihan penulisan jurnalistik, Sabtu (26/10). Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan tim redaktur harian Republika. Pelatihan jurnalistik yang mengambil tempat di aula IIQ Jakarta tersebut langsung dipimpin oleh redaktur pelaksana harian Republika, Subroto Kardjo. Sebanyak kurang lebih 50 mahasiswa Pascasarjana IIQ Jakarta mengikuti pelatihan dengan antusias. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk membekali mahasiswa dengan skill jurnalistik agar dapat menuangkan gagasan dan idenya serta mempublikasikan di harian-harian nasional.
Mengawali presentasinya, Subroto menjelaskan bahwa pada prinsipnya koran sangat membutuhkan tulisan dari para akademisi, khususnya perempuan. “Jujur kami membutuhkan tulisan dari para dosen, apalagi yang perempuan. Tulisan dari perempuan sangat sedikit, dalam sebulan hanya satu, bahkan kadang tidak ada sama sekali”, paparnya. Hanya saja, menurutnya, para akademisi diharapkan dapat menyesuaikan gaya penulisan dari yang murni akademik menjadi gaya yang lebih populer. Hal itu karena pembaca koran sangat beragam, dari yang tidak lulus SD sampai profesor, sehingga penulis perlu mencari bahasa yang bisa dicerna semua kalangan.
Materi pelatihan yang diberikan seputar dasar-dasar jurnalistik, mulai dari pengenalan jenis-jenis tulisan jurnalistik, rubrik media, cara memilih isu yang tepat dan menarik, gaya selingkung dan sebagainya. Acara tersebut berlangsung secara interaktif, peserta dipersilakan memberikan pertanyaan setiap saat di sela-sela presentasi.
Subroto menegaskan bahwa menulis di media massa sangat penting. Selain untuk memperluas jangkauan gagasan agar dapat diterima khalayak, menulis dapat juga dijadikan batu loncatan untuk dapat dikenal masyarakat dan kelak menjadi tokoh. “Hampir semua tokoh nasional sekarang ini dikenal pertama kali melalui tulisan, seperti Mahfud MD, Yusril, Saudi Isra dan lain sebagainya….”, jelasnya. Agar tulisan kita dapat dimuat, penulis hendaknya mengenali betul karakter setiap media, karena masing-masing media memiliki standar dan kekhasan yang berbeda-beda. Republika, misalnya, sangat terbuka dengan tulisan-tulisan yang memuat isu-isu tentang Islam. (MAF)