Mengenal Mushaf Standar Indonesia Dan Ragam Mushaf Di Dunia Bersama LPMQ Kemenag
Senin (24/2/2020), Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta bekerjasama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) mengadakan Pembinaan Pentashihan Mushaf Al-Quran. Salah satu tema yang diangkat dalam pembinaan ini adalah Mengenal Perkembangan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Dunia, dengan narasumber H. Deni Hudaeny, Lc., MA.
Dalam kesempatan kali ini mahasiswi IAT IIQ Jakarta diperkenalkan dengan beragam mushaf yang berkembang di Indonesia oleh Bapak Deni, diantaranya ada Mushaf Standar Indonesia (MSI) Rasm Usmani. Mushaf ini yang paling banyak dicetak oleh Penerbit Al-Qur’an di Indonesia, dengan format 15 baris ayat pojok (1 Juz berisi 10 lembar/20 halaman) dan menggunakan Khat Usman Thaha (Mushaf Madinah) yang disesuaikan dengan sistem penulisan pada MSI.
“Selain itu ada juga Mushaf At-Tin (Mushaf HM. Soeharto) yang ditulis pada tahun 1998 oleh Khattat Indonesia dengan Format 15 baris ayat pojok, 1 Juz berisi 10 lembar (20 halaman) dengan Bingkai berisi motif-motif daerah dari 27 Propinsi di Indonesia,” tambah Kasubdit LPMQ, H. Deni Hudaeny, Lc., MA.
Dia menambahkan, ada juga Mushaf Standar Indonesia Braille, dengan anatomi Kode Braille: Titik Timbul (al-Bariz, al-Nafir/ah) yang berjumlah 6, bisa disusun hingga 63/64 kombinasi titik. Adapun kode braille, bukan bahasa, tetapi tool of literacy (tulis-baca) bagi tunanetra/penglihatan yg tergangu (visually impaired).
Di sisi lain, Bapak Deni juga memperkenalkan bagaimana mushaf abad pertama hijriah yang mulanya ditulis dengan khat kufi tanpa titik dan tanda baca, kemudian Abul Aswad Ad-Duali (w. 62 H./682 M.) menambahkan Titik Tanda I’rab (Naqt al-I’rab). Selanjutnya, Yahya bin Ya’mar (w. 90 H.) dan Nasr bin Asim (w. 90 H.) menambahkan Titik Huruf (Naqt al-I’jam). Kemudian Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H./786 M.) menyempurnakan harakat menjadi seperti yang kita kenal saat ini. Setelah Masa Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi, Penulisan Al-Qur’an terus berkembang dan mengalami penyempurnaan, dan akhirnya Khat Naskhi yang paling banyak digunakan dengan pemberian tanda baca dan harakat yang beragam.
Tidak hanya itu, Bapak Kasubdit juga memberikan banyak contoh mushaf Al-Qur’an cetak dengan rasm usmani, diantaranya Mushaf Bombay, dengan Riwayat Hafs dari Imam Asim, dicetak oleh Percetakan Mujamma’ Madinah, Mushaf Standar Indonesia, dengan Riwayat Hafs dari Imam Asim, dicetak oleh Kementerian Agama, Mushaf Iran, dengan Riwayat Hafs dari Imam Asim, dicetak oleh Markaz Tib’ wa Nasyr Quran Karim Iran, Mushaf Madinah, dengan Riwayat Ad-Duri dari Imam Abu ‘Amr, dicetak oleh Percetakan Mujamma’ Madinah, Mushaf Madinah, dengan Riwayat Qalun dari Imam Nafi’, dicetak oleh Percetakan Mujamma’ Madinah, Mushaf Jamahiriyyah Libya, dengan Riwayat Qalun dari Imam Nafi’, dicetak oleh Jamiyyah ad-Da’wah al-Islamiyyah al-Alamiyyah Libya dan Mushaf Madinah, dengan Riwayat Warsy dari Imam Nafi’, dicetak oleh Percetakan Mujamma’ Madinah. (MN)