IIQ Gelar Seminar Internasional tentang Moderasi Islam
Jakarta (IIQ Online). Senin, 6 Oktober 2014 Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta bekerjasama dengan Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Seminar Internasional dengan tajuk œModerasi Islam: Upaya Menangkal Radikalisme Agama. Hadir dalam acara tersebut narasumber dari dalam dan luar negeri yaitu Prof. Dr. Muhamed Abdul Qadir Mohamde, MA., Dekan Fakultas Syariah Universitas Al-Ahqaf Yaman, Dr. Zaid Abdurrahman Hosen, MA., Direktur Pusat Studi dan Riset al-Noor Yaman, Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA., Rektor IIQ Jakarta dan Dr. Hamka Hasan, M.Ag., Sekretaris Divisi Pencegahan Tindak Terorisme BNPT.
Dalam sambutannya, Prof. Huzamah T. Yanggo memaparkan profil singkat IIQ Jakarta sekaligus perkembangannya. œIIQ adalah lembaga swasta yang didirikan atas inisiasi alm. Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML di bawah yayasan Usman Affan yang kemudian diubah menjadi Yayasan Institut Ilmu Al-Quran (YIIQ). IIQ adalah satu-satunya lembaga pencetak para hafizah dan pengkaji ilmu-ilmu Al-Quran tertua di Indonesia. Prestasi mahasiswa dan alumninya dalam kancah MTQ tidak diragukan lagi, baik pada skala lokal, nasional maupun internasional, terangnya.
Labih lanjut, guru besar bidang fikih ini memberikan apresiasi kepada BNPT yang mendukung sepenuhnya pegelaran seminar internsional tentang moderatisme Islam. Menurutnya moderatisme Islam adalah nilai sekaligus doktrin agama yang paling fundamental, karena itu harus terus disosialisasikan dan ditanamkan kepada generasi muslim, khususnya mahasiswa, melalui diskusi, seminar atau lokakarya.
Disela-sela sambutannya, mantan Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta ini juga meminta dukungan dari universitas Al-Ahqaf agar mahasiswanya diberi kesempatan melanjutkan studi ke Yaman. œMelalui forum ini, kami berharap kepada Prof. Mohamed Abdul Qadir agar dapat membukan peluang kerjasama beasiswa agar mahasiswa kami dapat melanjutkan studi ke Yaman, khususnya di universitas al-Ahqaf, pungkasnya.
Sementara itu, Dr. Hamka Hasan dalam sambutannya menjelaskan bahwa prestasi BNPT dalam penanggulangan tindak pidana terorisme sudah cukup baik. Banyak pelaku-pelaku teror yang berhasil dideradikalisasi dan diselamatkan dari tindakan yang meresahkan masyarakat. œKegiatan seminar semacam ini merupakan bagian dari program deradikalisasi. Deradikalisasi adalah salah satu program yang sangat positif untuk mencegah radikalisme dan bahkan terorisme atas nama agama, tuturnya.
Di sisi lain, Prof. Mohamed Abdul Qadir dalam orasinya menuturkan bahwa moderatisme adalah ajaran murni Islam yang terus didakwahkan dan dipraktekkan oleh Nabi dan generasi sahabat, tabiin dan tabi tabiin. Sikap moderat tidak berarti menjalankan syariat agama secara longgar dan seenaknya, tapi moderatisme adalah sikap tengah, seimbang dan tidak ekstrim. œModerat itu sikap tengah-tengah, seimbang, tidak ekstrim kanan juga tidak ektrim kiri. Dan itulah ajaran Islam yang ditauladankan secara konsisten oleh Nabi dan para sahabatnya, tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Dr. Zaid Abdurrahman bahwa moderatisme adalah intisari ajaran Islam. Bahkan dia sempat mentinggung soal peran wanita dalam gerakan radikalisme dan cara penanggulangannya. Dia juga perpesan agar mahasiswi IIQ tidak terjerumus kepada gerakan radikalisme yang tidak ada akar pangkalnya dari syariat Islam. Tindakan radikal adalah penodaan terhadap ajaran agama Islam yang moderat dan hanif (lurus). œKarena itu, fenomena radikalisme yang dipertontonkan sebagian kawan-kawan kita, adalah contoh dari pemahaman yang dangkal terhadap ajaran agama, tegasnya.
Selain itu, Dr. Hamka Hasan juga menegaskan radikalisme Islam juga harus diwaspadai khususnya di Indonesia, sebab umat Islam sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan internal, yakni dengan munculnya aliran-aliran radikaleksklusif yang belum mampu membuka dialog terhadap persoalan-persoalan yang diperselisihkan. Mereka beranggapan bahwa hanya kelompok mereka yang paling benar, sedangkan kelompok yang lain adalah salah. œBahkan, kelompok inipun juga cenderung menjatuhkan tuduhan kepada kelompok lain yang berbeda aliran sebagai kafir, musyrik, dan bid`ah, tegasnya.
Karena itulah Seminar Internasional dengan tema œModerasi Islam: Upaya Menangkal Radikalisme Agama, selanjutnya diharapkan dapat menjadi sarana untuk meneguhkan kembali moderatisme Islam di Indonesia sekaligus membendung radikalisme Islam Indonesia. Apalagi IIQ Jakarta sebagai Perguruan Tinggi Islam Swasta yang secara khusus mendidik kaum wanita, tentu harus merasa terpanggil untuk berperan serta dalam mewujudkan Islam rahmatan lil alamin yang selama ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia.